Hi, saya Rika salah satu karyawan Baby Malika.
Sudah 450 hari saya bergabung bersama Baby Malika terhitung dari 7 November 2019 sampai dengan hari ini tgl 30 Januari 2021. Kurang lebih selama 450 hari saya berada di dalam gedung dengan pintu yang bertuliskan “بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ” penuh suka dan duka. Yap, Bismillah pula saya akan menceritakan dengan singkat apa saja yang saya dapatkan selama ini serta lika-likunya dalam menjalani hari-hari yang melelahkan dan menyenangkan.
Kalau kata Jack Ma “Bos pertamamu yang akan menentukan siapa kamu kedepannya”. Jangan sempit memaknai kalimatnya yaa. Lupa deh kalimat persisnya seperti apa tapi maknanya kurang lebih gitu deh. Meskipun sebelumnya saya sudah pernah bekerja sebagai karyawan di organisasi yang lain namun saya anggap Baby Malika adalah tempat pertama saya dimanusiakan sebagai karyawan. Dimanusiakan? Jadi sebelumnya gimana dong? Horor banget. Eits, maksudnya adalah di Baby Malika saya dan tim bukan sekedar kerja mencetak angka dalam bentuk omset agar bisa mencapai target tapi ada value yang Pak Yayat (founder Baby Malika) tanamkan di dalam diri kami, karyawan Baby Malika. Sehat terus ya Pak. Iklan do’a. Hehe.
Okey, cus kita merangkai kata dengan nyata.
Kalau ditanya apa yang kamu dapatkan (manfaat) selama bergabung bersama “keluarga” ini mungkin harus ada daftar isinya (hehe). Sepintas di dalam pikiran saya ada tiga poin, apa aja? Yuk dibaca lanjutannya hehe.
“Kamu udah nemuin tempat kerja yang bukan sekedar memenuhi kebutuhan duniawi tapi juga kebutuhan rohani?”
kalau sudah, Alhamdulillah. Belum? Semoga dipertemukan dengan tempat yang tepat.
Lagi lagi saya ucapkan “Alhamdulillah” karena saya mendapatkan keduanya. Apa yang didapatkan diluar ekspektasi sebagai karyawan biasa.
Poin pertama adalah saya bisa mengaktualisasikan sebagian kecil dari apa yang saya punya. Bakat, mungkin namanya. Suatu keajaiban dari seorang HR amatiran sampai akhirnya banting stir ke dunia sales. Tentunya menemukan bakat yang terpendam banyak proses yang harus saya lewati. Saya ingat pertanyaan penutup interview bersama Pak Yayat di tanggal 6 November 2019 yaitu “kamu siap ditempa?” dengan percaya diri seorang Rika jawab IYA, SAYA SIAP. Sejak hari itu saya berteman dengan pressure.
“Temukan apa yang membuat kamu bersinar, Be yourself!”
Poin kedua, belajar menerima lalu diterima butuh usaha. Saya belajar mencintai tim dengan segala keunikannya. Begitupun usaha Pak Yayat membentuk tim sangat luar biasa bukan sekedar tumpukan tugas atau dokumen lalu ACC. Saya belajar dari sosok pemimpin Baby Malika. Saya belajar memimpin diri sendiri dan memimpin tim. Tentunya melelahkan, tanda saya bekerja (hehe). Disini kami benar-benar di tempa yang mungkin sebenarnya bukan apa apa hanya saja kami yang terlalu lemah menerima pressure. Satu persatu dari kami dibentuk berdasarkan modal bakat dan ke”mau”an.
“Jangan pernah bandingkan kamu dengan orang lain kalau hanya untuk sanksi diri sendiri. Percayalah, bunga akan mekar di waktunya masing-masing”
Poin terakhir di tulisan kali ini adalah sinyal hidayah dari ruangan kecil dengan barisan buku bisnis yang biasa kami sebut “ruang Bapak”. Bagi saya, ruangan tersebut adalah ruang ajaib. Di ruang itu tempat saya menghabiskan waktu untuk memecahkan masalah perusahaan, berdiskusi dari masalah tim hingga masalah saya pribadi. “masalah pribadi? Kok dibawa ke kantor?” ya, tentunya masalah ini mengganggu saya dalam pekerjaan dari sisi profesionalitas, produktifitas dan tas tas yang lain (hehe). Saya banyak sekali melewati masa pendewasaan atau yang biasa disebut quarter life crisis. Singkat cerita di penghujung tahun 2020, saya mendapatkan sinyal baik dan saya sebut itu hidayah. Dari obrolan kecil bersama Pak Yayat saya mendapatkan insight untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara saya. Tentunya dengan arahan secara Islami yang membuat saya sadar bahwa saya berharga. Saya harus survive, tidak sekedar bertahan tapi saya harus berubah lebih baik menjadi Rika dengan keunikannya.
“Orang baik akan dipertemukan dengan yang baik begitupun sebaliknya”
Bye,
Salam hangat,